3 Langkah dalam meraih kemuliaan dan keagungan bulan ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat ditunggu tungggu oleh umat Islam karena bulan Ramadhan bagaikan tamu agung nan mulia yang kedatangannya membawa banyak anugrah dan Rahmat dari Allah yang tidak akan terjadi pada bulan bulan lainnya.

Terus bagaimana kita menyikapi dengan datangnya bulan Ramadhan?

1. adalah sambut dengan bergembira, senang dan disertai rasa cinta yang mendalam agar dalam menjalankan amaliayah ibadah Ramadhan dijalani dengan senang hati, ikhlas dan bersungguh-sungguh tanpa ada rasa kepayahan dan beban berat.

Kalau ada seorang muslim dengan kedatangan bulan Ramadhan dianggap hal biasa saja, sebagai rutinitas tahunan sama sekali tidak ada perasaan gembira atau cinta kepada Allah maka hal tersebut perlu dipertanyakan kadar keimanan orang tersebut karena Alllah SWT dalam surat Yunus ayat 58 memerintahkan hambanya untuk bergembira dengan datangnya anugrah dan Rahmat Allah SWT.

“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]:58)

2. Menyiapkan mental, jiwa sekaligus motivasi atau niat dalam menjalankan ibadah puasa agar dalam menjalankan ibadah puasa kita dengan baik dan diterima Allah SWT. Sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW : 

Artinya : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari)

Dari penjelasan hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu dikembalikan pada niat atau motivasi seseorang jika niatnya baik maka akan mendapatkan kebaikan sebaliknya jika niat atau motivasinya tidak baik maka hasilnya tidak baik.

Begitu juga dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan seseorang harus mempunyai motivasi yang baik dank arena Allah agar dalam menjalankan ibadah puasa diberikan kemudahan, kekuatan, kelancaran dan diterima Allah SWT, jangan sampai ibadah yang suci dan mulia ini didasarai dengan niat atau motivasi yang tidak baik apalagi salah sehingga dalam menjalankan ibadah puasa tidak mendapat apa apa kecuali rasa lapar dan haus dahaga semata dan hal itu yang dinamakan orang yang merugi.

3. Bersungguh sungguh dalam menjalankan ibadah puasa, dengan datangnya bulan Ramadhan seseorang dituntut untuk memaksimalkan waktu, tenaga dan pikiran untuk meraih sebanyak-banyaknya pahala karena apakah seorang akan mendapatkan kesempatan yang kedua.

Pahala akan diraih tergantung kadar kepayahan dan kesugguhan seorang apabila dia bersungguh sungguh dalam beribadah maka dia akan mendapatkan apa yang dikerjakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Najm ayat 39 yang artinya.

  “Dan sesungguhnya tidaklah seseorang akan memperoleh pahala kecuali apa yang diusahakanya.”

Berqurban wujud syukur kepada Allah

Berkurban bagi umat Islam hukumnya adalah sunah muakad artinya ibadah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ibadah Qurban dalam praktiknya yang tersirat adalah sebuah bentuk pengorbanan seorang hamba kepada sang pencipta dengan melakukan penyembelihan hewan Qurban seperti Unta, sapi, kambing dan domba yang dagingnya dibagikan kepada pihak – pihak yang berhak menerimanya.
Merujuk pada surat Al Kautsar yang diturunkan di kota Mekkah bahwa berkurban adalah manifestasi atau bentuk wujud syukur manusia kepada Alllah SWT atas segala kenikmatan yang begitu besar dan banyak.

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak
2. Maka dirikanlah sholat karena tuhanmu; dan berkurbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Pada ayat 1 dijelaskan bahwa Allah memberikan kenikmatan yang banyak maksud nikmat yang begitu banyak menurut para mufassirin kenikmatan yang banyak adalah :

1. Allah memberikan telaga Kautsar tempat Rosulullah SAW dan umatnya minum sebelum masuk ke surga
2. Nabi Muhammad diberi Kenabian
3. Satu satunya nabi yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat
4. Allah SWT memberikan Al- Quran kepada nabi Muhammad SAW

Pada ayat 1 dijelaskan bahwa Allah memberikan kenikmatan yang banyak maksud nikmat yang begitu banyak menurut para mufassirin kenikmatan yang banyak adalah :

1. Allah memberikan telaga Kautsar tempat Rosulullah SAW dan umatnya minum sebelum masuk ke surga
2. Nabi Muhammad diberi Kenabian
3. Satu satunya nabi yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat
4. Allah SWT memberikan Al- Quran kepada nabi Muhammad SAW

Dari begitu banyaknya kenikmatan yang Allah berikan kepada nabi Muhammad SAW, Allah SWT memerintahkan kepada nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk mengerjakan sholat dan berkurban sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.
Kandungan isi surat Alkautsar mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas segala anugrah kenikmatan seperti detak jantung yang masih berdetak, kita masih menghirup udara segar dan terutama kenikmatan Iman dan Islam yang masih menetap pada jiwa kita dan masih banyak kenimatan yang tidak dapat dihitung sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 34.

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Dengan melihat dan merasakan kenikmatan yang telah Allah berikan maka selayaknya kita bersyukur dengan menyembelih hewan kurban yang sesuai dengan syariat Islam karena berkurban adalah salah satu ibadah yang sangat dicintai Allah SWT sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi :

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »

Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah pada hari Qurban manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”

Berkurban bukan saja dianjurkan bagi orang yang mampu atau sedang diberikan kelapangan rizqi tetapi bagi orang hidup pas pasan tetapi punya keinginan berkurban
Dalam bulan Dzulhijjah saat ini, wujud syukur dan pendekatan diri kepada Allah melalui berbagi rezeki dapat diwujudkan dalam ibadah kurban. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda sampai dengan saat ini, berkurban bisa benar-benar sangat besar manfaatnya bagi yang menerima. Bagi yang sulit dalam mencari kebutuhan pangan, kurban bisa menjadi solusi meringankan kebutuhan hidup.
Dengan beberapa hal ini kita bisa mengetahui bahwa berkurban memiliki dua dimensi hikmah.
Pertama, dimensi vertikal dalam bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Ini juga bisa diketahui dari kata kurban itu sendiri berdasarkan etimologi yang berasal dari bahasa Arab Qaruba – Yaqrubu – Qurban wa Qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat.
Kedua, dimensi horizontal atau sosial di mana dengan kurban akan mampu menggembirakan orang-orang yang membutuhkan pada Hari Raya Idul Adha.

Hubungi kami